Kamis, 10 Mei 2012

SEJARAH PENDIDIKAN NASIONAL: Dari Masa Klasik Hingga Modern

AWAL PENDIDIKAN BELANDA bagi ANAK-ANAK PRIBUMI
*
Sesudah VOC gulung tikar pada 1799, Indonesia menjadi daerah jajahan Belanda dengan nama Hindia Belanda. Usaha-usaha pendidikan kolonial Belanda yang di ajarkan di Maluku tidak dapat meluas ke daerah yang lain. Maka, pada saat pemerintahan Hindia-Belanda dijalankan, pendidikan bagi bangsa Indonesia belum baik. Pada saat itu, Gubernur Daendels agak memerhatikan nasib bangsa Indonesia. Ia (1801) telah menyatakan bahwa perlu diselenggarakan pengajaran bagi anak-anak Jawa (Indonesia) untuk memperkenalkan kepada anak-anak itu tentang kesusilaan, adat istiadat, dan pengertian-pengertian agama.
Akan tetapi, cita-cita Daendeles tidak dapat direalisasi, berhubung tidak adanya anggaran untuk pengajaran bangsa Indonesia. Saat itu penjajahan Belanda sempat terhenti atau berganti ketika dalam konteks internasional mereka dikalahkan Inggris. Dan Inggris sempat menjadikan Indonesia sebagai jajahannya (1811-1816) belum juga memberikan/mengusahakan pendidikan. Baru setelah Belanda merebut Indonesia kembali, keluarlah surat keputusan (koniklijk besluit 1848) yang isinya tentang penetapan anggaran belanja pengajaran bagi orang-orang Indonesia, terutama bagi anak-anak pegawai Indonesia. Sementara itu 1884, keluar surat keputusan yang memberikan kesempatan berdirinya sekolah swasta.
Konteks pendidikan dan pengajaran ini pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kebuthan pegawai rendahan di kantor-kantor pamong praja atau kantor-kantor yang lain (Soemanto dan Soeyarno, 1983: 38-39).
Di zaman pemerintahan Hindia-Belanda ini, terdapat tiga jenis kegiatan pendidikan, yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Penggambaran tentang masing-masing tingkatan dan jenis pendidikan itu adalah sebagai berikut:
1. PENDIDIKAN RENDAH (LAGERE ONDERWIJS).
Pada dasarnya baru pada 1800 Belanda bersedia memerhatikan pendidikan bagi bangsa kita, itupun masih terbatas pada anak-anak yang statusnya disamakan dengan anak Belanda. Setelah keluar Keputusan Raja tanggal 30 September 1848 No.95 mulailah pemerintah Hindia mendirikan sekolah rendah bagi anak-anak pribumiputra (Inladse Lagere School) di Pasuruan dan Jepara (Jawa Tengah). Tujuan sekolah ini ialah untuk mendidik calon pegawai rendahan di kantor-kantor pemerintah.
Kemudian, sesuai dengan Keputusan Raja tanggal 25 September 1892 yang dimuat dalam Lembaran negara 1883 No. 125, pendidikan rendah bagi anak-anak bumiputra diubah dengan membaginya menjadi dua macam, yaitu:
a. Sekolah Kelas Satu (De Scholen Der Eerste Klasse) yang kelak (1914) menjadi HIS (Holland Inlandse School). Sekolah ini diperuntukkan bagi anak-anak pemuka atau tokoh masyarakat, pegawai pmerintah, atau orang-orang bumiputra yang terhormat lainnya. Sekolah ini hanya di kota karesidenan, kabupaten, kecamatan, atau tempat-tempat pusat perdagangan perusahaan.
b. Sekolah Kelas Dua (De Sholen Der Tweede Klasse), yaitu sekolah bagi anak-anak bumiputra pada umumnya. Berbeda dengan sekolah kelas satu, sekolah ini didirikan di daerah kota kecamatan atau di daerah desa yang maju. Lama belajarnya 5 tahun. Tujuannya tidak jelas. Bahasa pengantarnya bahasa daerah atau bahasa Melayu.
*
Di samping itu berkat Jasa Gubernur Jenderal Van Huetsz, pada 1906 didirikan pula sekolah bagi anak-anak bumiputra yang lebih rendah yang disebut "sekolah desa (volgschool)". Lama belajarnya 3 tahun. Bahasa pengantarnya bahasa daerah. Materi pelajarannya hanya terpusat pada membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Jadi sekolah ini sebenarnya semacam kursus Pemberantasan Buta Huruf (PBH), tetapi lebih rendah ketimbang Kelompok Belajar Pendidikan Dasar (KBPD) sekarang. Sekolah ini tidak banyak manfaatnya. Tamatan sekolah ini tidak bisa diterima menjadi pegawai (mungkin karena tidak bisa berbahasa Belanda). Setelah 3 atau 4 tahun, murid keluar dari sekolah sambungan/lanjutan (vervolkschool) yang merupakan sekolah sambungan dari sekolah desa. Lama belajarnya 2 tahun (Soemanto dan Soeyarno, 1983: 39-41).
Tamatan sekolah desa yang mampu dan pandai diberi kesempatan melanjutkan ke sekolah peralihan (sckakel school). Lama belajar sekolah ini 5 tahun. Mulai tahun pertama telah diberi pelajaran bahasa Belanda dan muali tahun ketiga telah dipergunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar sekolah. Materi pelajaran disamakan dengan HIS sehingga sekolah ini mempunyai derajad yang sama (disamakan) dengan HIS, dan bagi tamatannya diberi kesempatan untuk melanjutkan ke MULO (SMTP). Bagi anak-anak Belanda, disediakan sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Sekolah rendah itu:
1) HIS (HOLANDS-INDLANDSE SCHOOL), lamanya 7 tahun. Sekolah ini dapat dimasuki anak-anak Indonesia dari anak-anak pegawai pemerintah Hindia-Belanda.
2) ELS (EUROPESE LAGERE SCHOOL), lamanya 7 tahun. Sekolah ini mempunyai tiga tingkatan, diperuntukkan bagi anak-anak Belanda sesuai dengan tingkatan-tingkatan orang Belanda. Tiga tingkatan ELS, yaitu:
- ELS klas I (erste)
- ELS klas II (twede)
- ELS klas III (thirte).
ELS kelas III ini juga diperuntukkan bagi anak-anak Indonesia yang hidupnya seperti orang Belanda atau anak-anak indo. Sekolah rendah untuk anak-anak Cina (HCS=Holand Chinese School) dan anak-anak Arab (HAS= Holand Arabishe School) juga memakai bahasa pengantar bahasa Belanda dan sistemnya pun disesuaikan dengan sekolah rendah Belanda sehingga setingkat ELS.
*
Suatu keuntungan bagi bangsa Indonesia bahwa anak-anak bumiputra telah mendapat kesempatan untuk bersekolah sehingga pada 1940 telah tercatat anak-anak bumiputra yang bersekolah di sekolah rendah yang berbahsa daerah sejumlah 2 juta lebih dan di sekolah rendah Belanda sebanyak 88 ribu lebih. Sayangnya kebanyakan anak-anak keluaran (lulusan) sekolah desa beberapa tahun kemudian menjadi tuna-aksara. Ini disebabkan gurunya yang tidak mampu sehingga metode mengajarkannya kurang baik dan anak-anak tidak berkesempatan mengembangkan diri.
2. PENDIDIKAN MENENGAH (MIDDELBAAR ONDERWIJS).
Hanya terdapat satu jenis sekolah lanjutan yang menurut sistem persekolahan Belanda digolongkan ke dalam sekolah dasar yaitu sekolah dasar yang lebih luas (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs = MULO). Sekolah ini merupakan lanjutan dari sekolah dasar (rendah) yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Lama sekolah 3 dan 4 tahun. Didirikan pertamakali tahun 1914 dan diperuntukkan bagi golongan bumiputra dan timur asing. Kelanjutan MULO ini ialah sekolah menengah umum (Algemene Middelbareschool = AMS). Mulai berdiri tahun 1915.
AMS terdiri dari dua jurusan, yaitu:
a. Bagian A: Pengetahuan Kebudayaan (Cultureweten Schap) yang dibagi lagi menjadi:
1. Bagian A1 : Sastra Timur
2. Bagian A2 : Sastra Klasik Barat.
b. Bagian B : Pengetahuan Alam.
Disamping itu, terdapat pula sekolah menengah bagi warga negara Eropa, bangsawan bumiputra, atau tokoh-tokoh termekuka. Sekolah ini disebut Hoogere Burger School (HBS) kelanjutan dari ELS. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Belanda. Bahasa pelajaran yang diberikan berorientasi ke Eropa Barat (khususnya Belanda). Lama sekolah 3 tahun (yang dulu disebut Gymnasium), sudah ada sejak tahun 1860, dan HBS 5 tahun mulai didirikan pada 1867.
*
3.Pendidikan Tinggi
a. Sekolah Tinggi Kedokteran (GHS = Geneskundige Hoge School) didirikan tahun 1928. Namun sebelumnya telah ada Sekolah Dokter Jawa (1851), 1902 diubah menjadi STOVIA (School Tot Opleiding Voor Indische Arsten). Di samping itu, ada NIAS (Nederlandsch Indische Arsten School). Pada 1928, semua dijadikan satu yang disebut GHS, ada di Jakarta.
b. Sekolah Tinggi Hukum (RHS = Rechts Hoge School) didirikan pada 1924 di Jakarta.
c. Sekolah Tinggi Tekik (THS = Technische Hoge School) didirikan tahun 1920 di Bandung. Sekolah ini didirikan atas prakarsa Konintelijk Institut Voor Hoger Technisch Onderwijs ini Nederlansch Indie sehingga mutunya dapat diakui oleh dunia (Soemanto dan Soeyarno, 1983: 43-44)
*
4. SEKOLAH-SEKOLAH KEJURUAN
Untuk memenuhi tenaga teknis di perusahaan-perusahaan maupun kongsi-kongsi Belanda, didirikanlah sekolah kejuruan, antara lain:
a. Sekolah Pertukangan (Ambachts Leergang), lama belajar 2 tahun, menerima lulusan sekolah ini pada zaman kemerdekaan. Sekolah ini dijadikan sekolah kerajinan (SK). Sekolah pertukangan ini ada dua macam yakni, yang berbahasa daerah diperuntukkan bagi yang akan bekerja di pabrik, dan yang berbahasa Belanda diperuntukkan bagi calon mandor.
c. Sekolah Teknik (Technish Onderwijs), lama belajar 3 tahun. Sekolah ini mendidik tenaga pengawas.
c. Sekolah Dagang (Handels Onderwijs), lama belajar 3 tahun.
d. Sekolah Pertanian (Landbouw Onderwijs), mendidik tenaga yang akan bekerja di bidang agraris, pertanian dan kehutanan.
e. Sekolah Kewanitaan (Maiisjes Vakonderwijs). Sekolah ini berdiri atas jasa R.A. Kartini (Soemanto dan Soeyarno: 44-45).
*
5. SEKOLAH GURU
Sekolah guru ini terutama ditujukan bagi murid yang akan menjadi guru sekolah rendah. Maka, dengan didirikannya sekolah rendah, semakin banyak diperlukan guru. Alasan pendirian sekolah ini juga karena pemerintah Belanda merasa keberatan jika harus menggaji guru-guru Belanda. Maka, sebagai penghematan anggaran didirikan juga sekolah calon guru sekolah rendah.
Sekolah-sekolah guru dapat disebutkan:
a. Sekolah Guru Bumiputra (Kweekschool Voor Indlands Nder Wijsers) didirikan pada 1908. Lama belajarnya 4 tahun.
b. HIK (Hollandsh Inlandsche Kweeschool), lama belajar 6 tahun atau 3 tahun setelah MULO, telah didirikannya sejak 1851 di Surakarta.
c. HKS (Hogere Kweekschol) tahun 1914 di Purworejo untuk anak-anak Jawa, dan tahun 1917 di Bandung untuk anak-anak luar Jawa. HKS lama belajarnya 3 tahun, diambil dari HIK 3 atau 4 orang yang pintar.
d. Normal School, yang dipersiapkan untuk guru sekolah desa adalah 2 tahun. Normal School dipersiapkan untuk sekolah Klas II yang lama belajarnya 4 tahun.
*
Lalu ada usha mengganti kepala sekolah orang Belanda kepada orang-orang Indonesia dengan melalui pendidikan 2 tahun bagi guru-guru yang sudah bekerja paling sedikit 5 tahun dan pintar. Pendidikannya disebut Hoofd Acte Cursus (Soemanto dan Soeyarno, 1983: 45-46).
*
Daftar Pustaka:
Soemanto, Wasty dan F.X. Soeyarno. 1983. Landasan Historis Pendidikan Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar